Sebelumnya di Diary 2... ! (kayak sinetron Terlanjur Cinta. Ada tayangan cerita pengulangannya)
Rencana-rencanapun dipersiapkan. Rencana anggaran dan biaya, perlengkapan, konsep acara, dan sebagainya. Bahkan kolega-kolega bapakku yang mengetahui hal tersebut, turut bahagia. Beberapa di antara mereka ikut memberikan ide. Dan menyiapkan rencana-rencana besar untukku. Semua bahagia, semua tersenyum, semua memberi selamat, semua telah dipersiapkan. Acaraku satu pekan lagi.
Episode 3 :
Bukan hanya orang-orang disekitarku yang tahu tentang rencana itu, bahkan teman-teman di kampusku sudah tahu tentangnya. Secara, saya kan artis jadi gosipnya cepat menyebar kemana-mana (wkwwkwk....).
Bahkan beberapa di antara mereka mengirim sms dengan bahasa yang berbeda
“Barokallohulaka wa baroka’alaika wa jama’abainakuma fi khair”
“Selamat menempuh hidup baru. Semoga sakinah, mawahdah, warohmah”
“Kenapa nt gak bilang-bilang kalau mau nikah ? nt nih, diam-diam menghanyutkan”
“Eh, kapan acaranya nt ? Undang-undang ya ?”
“......dan bla....bla....bla.....!!!”
Dan banyak lagi jenis sms yang lain. Aku heran dari mana mereka mendapatkan info itu. Tapi ah aku tidak peduli, karena aku tau kalau di kalangan aktifis kampus, info-info tentang pernikahan cepat sekali tercium. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang merah padam mukanya, menjadi panas darahnya, atau merasa dipukul dengan hantaman keras. Bukan karena menyesali pernikahan saudaranya, tapi karena merasa kalah dalam berlomba dalam kebaikan. Semuanya aku aminkan saja, tanpa harus memberi komentar apapun terhadap sms-sms itu.
3 hari lagi menjelang hari itu.
Ku buka-buka lagi buku Salim A. Fillah yang judulnya “Barokallohulaka Bahagianya Merayakan Cinta”, yang kumiliki sejak 1 tahun sebelumnya. Padahal sudah khattam 2 kali. Tapi masih saja perlu pemantapan. Bab per bab buku itu aku buka. Dari persiapan, pelaksanaan, dan seterusnya. Tidak lupa doa-doa dalam tahapan-tahapannya. Susah juga kalau menghapalnya. Mulai dari doa dipilihkan jodoh, doa akad, doa masuk kamar, dan doa-doa lainnya. Pokoknya komplit semua doa di dalamnya. Harus hapal dalam 2 hari. Seperti mau ujian saja. Padahal sudah dua kali khattam, tapi aku tidak pernah berpikir kalau inginku itu akan terjadi mendadak dengan waktu yang tidak ku sangka-sangka seperti ini. Tapi harus bisa. Supaya nantinya Cumlaude.
Dalam sujud-sujudku, dalam doa dan munajatku, dalam malam-malamku, ku mencurahkan segalanya kepada Sang penggenggam jiwa. Karena Dia lah yang telah mensekenario kehidupan yang sudah, sedang, dan yang akan di jalankan.
“Ya Allah, jika ini adalah JalanMu, maka aku Ridha dengannya. Berikanlah petunjuk dengan cahayaMu. Tetapkan langkahku dengan RahmatMu. Kuatkan hatiku dengan CintaMu. Agar bisa ku dapatkan berkah dan RidhoMu”
“Ya Allah, dalam hitungan hari dan menit, hambaMu ini akan segera menggenapkan setengah agamanya. Mengikuti jejak kekasihmu Rasulullah yang mulia. Maka hanya kepadaMu aku menyerahkan segalanya. Segala urusanku. Karena engkaulah yang berkuasa atas diri dan hidupku. Jika ini adalah jalan yang telah engkau tetapkan untukku. Maka berkahi aku dengan petunjukMu. Agar bahagia bisa ku dapat. Agar Syurga bisa ku raih”
Kira-kira begitulah bait doa yang akau panjatkan. Eh, ada lagi yang kelupaan. Ada doa khusus untuknya yang aku minta
“Ya Allah jika engkau telah menetapkan dia sebagai Pendampingku, aku ingin mencintanya seperti Muhammad mencintai Khadijah. Untuk itu ya Allah, jadikanlah dia seperti Khadijah untukku. Menemaniku dalam semua warna kehidupan. Mendukungku dalam setiap kebenaran. Meluruskanku dalam setiap salah. Menjadi penghibur dalam laraku......”
Dan masih panjang sebenarnya. Tapi cukuplah sampai di sana. Nanti para pembaca mencontek lagi kalimat-kalimat doaku. Hehehehe.....
1 Hari Lagi sebelum hari itu
Bertambah “gundah” diri ini. Kalau lagu-lagu bilang, jatuh cinta berjuta rasanya. Bukan. Bukan berjuta, tapi berjuta-juta, bahkan bermiliyaran. Berlebihan banget sih ??? Padahal tidak pernah kuhitung. Walaupun mungkin aku mengitungnya aku pasti tidak akan bisa. Karena rasa bukan benda. Ah, yang penting kan rasanya bung. Dan memang begitu rasanya. Semua rasa bercampur aduk. Kalau diibaratkan Es, pasti namanya Es Teler. Kalau diibaratkan makanan, pasti namanya Gado-Gado. Kalau istilah yang dipakai dalam masyarakat, namanya rasa yang plural.
Orang tuaku kelihatan sibuk. Menelepon kiri kanan. Sementara orang-orang memberikan selamat kepadaku. Yang lain memantapkan hatiku, meyakinkan untuk melanjutkannya. Aku hanya duduk-duduk tanpa banyak gerak. Duduk di ruang tamu dengan Barokallohulaka Bahagianya Merayakan Cinta setia di tangan.
Masih tidak percaya. Aku ambil air wudhu. Kembali memohon kepada Sang pemilik Waktu. Mungkinkah secepat itu ??? Mungkinkah besok adalah hari itu ??? Terasa hanya mimpi. Dengan takbir dan Bismillah,
“Ya Allah, aku sudah siap !
Malam sebelum esok. Sebelum hari itu
Ku lihat Ibuku menelpon entah dengan siapa
“Ooooo.... Begitu ?”
“Tidak apa-apa”
“InsyaAllah itu yang terbaik”
“Jam berapa besok ?”
“Waalaikumsalam”
Begitulah sayup-sayup ku dengar kata-kata ibuku mejawab suara dari teleponnya.
“Siapa Bu ?” Tanyaku mencoba menghilangkan penasaran.
“Tantemu menelpon”
“Oh, bicara tentang apa?”
“Bicara tentangmu”
“Bagaimana ?” Kejarku
“Begini nak. Jadi Besok, anaknya mau pulang dari Jakarta. Dan Tantemu sudah bicara dengannya tentang rencana ini”
“Terus ?”
“Dan katanya dia akan pulang tidak sendirian. Ada beberapa orang jakarta yang akan ikut pulang bersamanya. ”
“Siapa ?”
“Calon Suami dan Mertuanya !
“:-/ :-(“
Hanya ekspresi itu yang aku tampakkan setelah ibuku mengucapkan kata-katanya. Kalau di film-film, pasti waktu itu suasananya sedang hujan. Terus mati lampu dan gelap. Hanya suara hujan yang di dengar. Seketika Petir dan halilintar menyambar dengan suara gemuruhnya. Gorden-gorden dan kelambu jendela melayang-layang ditiup angin. Dan aku sebagai bintang film ceritanya, berdiri kaku dengan cahaya remang-remang seperti lampu kelap-kelip yang dihasilkan oleh kilat. Trus Shootingannya pasti di zoom berulang kali ke arahku. Musiknya juga pasti bikin terkejut-kejut. Terus setelahnya musik yang menggambarkan kesedihan dan kekecewaan. Seperti Syahrukh Khan di Film Kabhi Kushi Kabhi Gum. Whahahaha............
Setelah aku selidiki lebih dalam, aku bisa paham dan mengerti tentang semua yang terjadi. Ibuku menjelaskan panjang lebar tentang semuanya. Sampai akhirnya hari itu tidak ada.
Ikhlas ! Hanya itu jalan terbaik. Allah punya rencana yang jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan. Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Karena begitulah jalan Allah, Akan Indah pada Waktunya. Kadang kita sedih, kecewa dan terluka, tapi jauh di atas segalanya, Allah sedang merajut yang terbaik untukku. Dan aku yakin itu. Suatu saat akan kutemukan dia. Dia yang akan menjadi Khadijah dalam hidupku. Kalau pada waktu ini hari itu tidak ada, maka di hari yang lainnya aku yakin hari itu akan ada.
Rencana-rencanapun dipersiapkan. Rencana anggaran dan biaya, perlengkapan, konsep acara, dan sebagainya. Bahkan kolega-kolega bapakku yang mengetahui hal tersebut, turut bahagia. Beberapa di antara mereka ikut memberikan ide. Dan menyiapkan rencana-rencana besar untukku. Semua bahagia, semua tersenyum, semua memberi selamat, semua telah dipersiapkan. Acaraku satu pekan lagi.
Episode 3 :
Bukan hanya orang-orang disekitarku yang tahu tentang rencana itu, bahkan teman-teman di kampusku sudah tahu tentangnya. Secara, saya kan artis jadi gosipnya cepat menyebar kemana-mana (wkwwkwk....).
Bahkan beberapa di antara mereka mengirim sms dengan bahasa yang berbeda
“Barokallohulaka wa baroka’alaika wa jama’abainakuma fi khair”
“Selamat menempuh hidup baru. Semoga sakinah, mawahdah, warohmah”
“Kenapa nt gak bilang-bilang kalau mau nikah ? nt nih, diam-diam menghanyutkan”
“Eh, kapan acaranya nt ? Undang-undang ya ?”
“......dan bla....bla....bla.....!!!”
Dan banyak lagi jenis sms yang lain. Aku heran dari mana mereka mendapatkan info itu. Tapi ah aku tidak peduli, karena aku tau kalau di kalangan aktifis kampus, info-info tentang pernikahan cepat sekali tercium. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang merah padam mukanya, menjadi panas darahnya, atau merasa dipukul dengan hantaman keras. Bukan karena menyesali pernikahan saudaranya, tapi karena merasa kalah dalam berlomba dalam kebaikan. Semuanya aku aminkan saja, tanpa harus memberi komentar apapun terhadap sms-sms itu.
3 hari lagi menjelang hari itu.
Ku buka-buka lagi buku Salim A. Fillah yang judulnya “Barokallohulaka Bahagianya Merayakan Cinta”, yang kumiliki sejak 1 tahun sebelumnya. Padahal sudah khattam 2 kali. Tapi masih saja perlu pemantapan. Bab per bab buku itu aku buka. Dari persiapan, pelaksanaan, dan seterusnya. Tidak lupa doa-doa dalam tahapan-tahapannya. Susah juga kalau menghapalnya. Mulai dari doa dipilihkan jodoh, doa akad, doa masuk kamar, dan doa-doa lainnya. Pokoknya komplit semua doa di dalamnya. Harus hapal dalam 2 hari. Seperti mau ujian saja. Padahal sudah dua kali khattam, tapi aku tidak pernah berpikir kalau inginku itu akan terjadi mendadak dengan waktu yang tidak ku sangka-sangka seperti ini. Tapi harus bisa. Supaya nantinya Cumlaude.
Dalam sujud-sujudku, dalam doa dan munajatku, dalam malam-malamku, ku mencurahkan segalanya kepada Sang penggenggam jiwa. Karena Dia lah yang telah mensekenario kehidupan yang sudah, sedang, dan yang akan di jalankan.
“Ya Allah, jika ini adalah JalanMu, maka aku Ridha dengannya. Berikanlah petunjuk dengan cahayaMu. Tetapkan langkahku dengan RahmatMu. Kuatkan hatiku dengan CintaMu. Agar bisa ku dapatkan berkah dan RidhoMu”
“Ya Allah, dalam hitungan hari dan menit, hambaMu ini akan segera menggenapkan setengah agamanya. Mengikuti jejak kekasihmu Rasulullah yang mulia. Maka hanya kepadaMu aku menyerahkan segalanya. Segala urusanku. Karena engkaulah yang berkuasa atas diri dan hidupku. Jika ini adalah jalan yang telah engkau tetapkan untukku. Maka berkahi aku dengan petunjukMu. Agar bahagia bisa ku dapat. Agar Syurga bisa ku raih”
Kira-kira begitulah bait doa yang akau panjatkan. Eh, ada lagi yang kelupaan. Ada doa khusus untuknya yang aku minta
“Ya Allah jika engkau telah menetapkan dia sebagai Pendampingku, aku ingin mencintanya seperti Muhammad mencintai Khadijah. Untuk itu ya Allah, jadikanlah dia seperti Khadijah untukku. Menemaniku dalam semua warna kehidupan. Mendukungku dalam setiap kebenaran. Meluruskanku dalam setiap salah. Menjadi penghibur dalam laraku......”
Dan masih panjang sebenarnya. Tapi cukuplah sampai di sana. Nanti para pembaca mencontek lagi kalimat-kalimat doaku. Hehehehe.....
1 Hari Lagi sebelum hari itu
Bertambah “gundah” diri ini. Kalau lagu-lagu bilang, jatuh cinta berjuta rasanya. Bukan. Bukan berjuta, tapi berjuta-juta, bahkan bermiliyaran. Berlebihan banget sih ??? Padahal tidak pernah kuhitung. Walaupun mungkin aku mengitungnya aku pasti tidak akan bisa. Karena rasa bukan benda. Ah, yang penting kan rasanya bung. Dan memang begitu rasanya. Semua rasa bercampur aduk. Kalau diibaratkan Es, pasti namanya Es Teler. Kalau diibaratkan makanan, pasti namanya Gado-Gado. Kalau istilah yang dipakai dalam masyarakat, namanya rasa yang plural.
Orang tuaku kelihatan sibuk. Menelepon kiri kanan. Sementara orang-orang memberikan selamat kepadaku. Yang lain memantapkan hatiku, meyakinkan untuk melanjutkannya. Aku hanya duduk-duduk tanpa banyak gerak. Duduk di ruang tamu dengan Barokallohulaka Bahagianya Merayakan Cinta setia di tangan.
Masih tidak percaya. Aku ambil air wudhu. Kembali memohon kepada Sang pemilik Waktu. Mungkinkah secepat itu ??? Mungkinkah besok adalah hari itu ??? Terasa hanya mimpi. Dengan takbir dan Bismillah,
“Ya Allah, aku sudah siap !
Malam sebelum esok. Sebelum hari itu
Ku lihat Ibuku menelpon entah dengan siapa
“Ooooo.... Begitu ?”
“Tidak apa-apa”
“InsyaAllah itu yang terbaik”
“Jam berapa besok ?”
“Waalaikumsalam”
Begitulah sayup-sayup ku dengar kata-kata ibuku mejawab suara dari teleponnya.
“Siapa Bu ?” Tanyaku mencoba menghilangkan penasaran.
“Tantemu menelpon”
“Oh, bicara tentang apa?”
“Bicara tentangmu”
“Bagaimana ?” Kejarku
“Begini nak. Jadi Besok, anaknya mau pulang dari Jakarta. Dan Tantemu sudah bicara dengannya tentang rencana ini”
“Terus ?”
“Dan katanya dia akan pulang tidak sendirian. Ada beberapa orang jakarta yang akan ikut pulang bersamanya. ”
“Siapa ?”
“Calon Suami dan Mertuanya !
“:-/ :-(“
Hanya ekspresi itu yang aku tampakkan setelah ibuku mengucapkan kata-katanya. Kalau di film-film, pasti waktu itu suasananya sedang hujan. Terus mati lampu dan gelap. Hanya suara hujan yang di dengar. Seketika Petir dan halilintar menyambar dengan suara gemuruhnya. Gorden-gorden dan kelambu jendela melayang-layang ditiup angin. Dan aku sebagai bintang film ceritanya, berdiri kaku dengan cahaya remang-remang seperti lampu kelap-kelip yang dihasilkan oleh kilat. Trus Shootingannya pasti di zoom berulang kali ke arahku. Musiknya juga pasti bikin terkejut-kejut. Terus setelahnya musik yang menggambarkan kesedihan dan kekecewaan. Seperti Syahrukh Khan di Film Kabhi Kushi Kabhi Gum. Whahahaha............
Setelah aku selidiki lebih dalam, aku bisa paham dan mengerti tentang semua yang terjadi. Ibuku menjelaskan panjang lebar tentang semuanya. Sampai akhirnya hari itu tidak ada.
Ikhlas ! Hanya itu jalan terbaik. Allah punya rencana yang jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan. Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Karena begitulah jalan Allah, Akan Indah pada Waktunya. Kadang kita sedih, kecewa dan terluka, tapi jauh di atas segalanya, Allah sedang merajut yang terbaik untukku. Dan aku yakin itu. Suatu saat akan kutemukan dia. Dia yang akan menjadi Khadijah dalam hidupku. Kalau pada waktu ini hari itu tidak ada, maka di hari yang lainnya aku yakin hari itu akan ada.
0 komentar:
Posting Komentar